Ser Artan. Ada banyak yang menganggap bahwa Aceh adalah tanah perempuan. Dalam sejarah lokal mencatat, tidak sedikit perempuan Aceh
yang maju sebagai pemimpin ke kancah medan pertempuran. kita lihat, mulai dari Sultanah Nihrasiyah, Laksamana Keumala Hayati, Pocut Baren, Cut Nyak Meutia sampai Cut Nya Dhien. Jika kita membaca riwayat mereka, siapapun akan bergetar hati yang membaca. Benar jika tindakan Sultan Alaudin Riyad Syah Saidi Almukammil memilih Keumalahayati. Perempuan yang menjadi sumber inspirasi orang-orang (khususnya wanita), yang telah berjuang keras untuk Aceh, Indonesia, Asia dan bahkan dunia. Pada masa itu beliau telah lulus Mahad Baitul Maqdis (akademi militer dengan instruktur para tentara dari Kekhalifahan Turki Utsmani).
Perempuan perkasa ini tidak hanya Laksamana atau panglima perang, tetapi juga diplomat dan perunding. Beliau membawa harga diri Aceh, saat berunding dengan Komisaris Belanda Gerard de Roy atau pada perundingan perdagangan dengan Sir James Lancaster dari Inggris, dan wakil dari negeri-negeri lainnya. Dari kesemuanya menguntungkan Nanggroe Aceh.
Laksamana Keumalahayati adalah laksamana terkemuka di dunia pada saat itu. Dengan memimpin 100 kapal perang Kerajaan Aceh di masa itu, dan membawa dua ribu perempuan tanpa suami sebagai armada. Kuta Inong Bale adalah pangkalan pasukannya, terletak di Teluk Lamreh Krueng Raya. Bersama pasukannya, beliau berhasil membunuh Cornelis de Houtman dan menawan pasukannya.
Lain Laksamana Keumalahayati lain juga Sultanah Safiatuddin Syah Tajul Alam. Beliau adalah seorang Sultanah Aceh pada abad ke-17. Beliau Memerintah selama 35 tahun karena kecintaan dari rakyat kepadanya. Walaupun sebelum memerintah, banyak yang meragukan kepemimpinan beliau karena perempuan. Malah pada masa pemerintahannya, Nanggroe Aceh mengalami kemajuan yang sangat pesat. Mulai dari buku-buku agama, pendidikan dan ekonomi, semuat itu banyak ditulis. Nuruddin Ar Raniri dan Abdurrauf Singkel ialah orang yang sering mendapat perintah menulis dari Baginda. Pada masa
itu, para perempuan sangat berperan di berbagai sektor. Nah, saking makmurnya Aceh di masa itu, ulama utusan dari Mekkah yaitu Yusuf al-Qadri, membawa sendiri zakat dari kerajaan Aceh kepada rakyat Mekkah.
Aceh memberi zakat kepada rakyat Mekkah! Ini luar biasa…! Masa dua perempuan diatas berperan pada kebesaran dan kejayaan rakyat dan kepemimpinan mereka. Bayangkan saja, dua pribadi yang mewakili jamannya itu dicatat dalam sejarah, dan yang pasti, hanya dicatat oleh sejarah lokal saja. Sulit jika kita mendapatkan informasinya dalam kurikulum sekolah di Indonesia, kita lebih banyak di suguhkan oleh emansipasi kartini (yang katanya mengharumkan dan mengangkat derajat perempuan)
Ini hanya sepenggal sejarah dua perempuan, dan baru dua perempuan Aceh. Masih banyak deretan perempuan tangguh, para pengusir penjajah dan pemimpin rakyat. Kita lihat, seperti Cut Nya Dhien, Cut Nya Meutia, Pocut Baren, Pocut Meurah Intan, Cut Meurah Inseun dan nama-nama lain yang sering luput dari catatan sejarah.
Semoga saja kisah diatas di jadikan inspirasi bagi kita semua, karena mereka adalah para perempuan inspirator yang memberikan daya semangat bagi orang2 yang membaca sejarah mereka. Dan ini semua bukan hanya dongeng, bukan juga mitos ataupun legenda. Ini semua adalah sedikit dari banyaknya sejarah di bumi Nangroe Atjeh Darussallam…
(disarikan dari berbagai sumber/SA…)
Superior Woman From Nangroe Atjeh Part II
Perempuan perkasa itu ada dan banyak adanya... Tulisan ini bukan berasal dari saya aslinya, karena saya mengambilnya dari website lain. Ada alasan kenapa saya mengcopy-paste artikel ini. Hal ini agar memberi banyak peluang bagi orang lain untuk membaca sejarah yang jarang atau malah tidak pernah, dimuat dalam kurikulum sekolah (lembaga pendidikan) di Indonesia. Dan juga sebagai rantai informasi untuk dikaji...
Kenapa Perempuan Aceh…?Awalnya kita mengetahui adanya Kartini yang diketahui karena beliau awal emansipasi wanita Indonesia dengan menulis surat pada Belanda agar kaum perempuan dapat ikut sekolah. dan kesetaraan Dan juga adanya Dewi Sartika dari Tatar Pasundan yang memberikan andilnya dalam sejarah Indonesia.
Kenapa Perempuan Aceh? Karena banyak perempuan aceh tidak masuk dalam cetakan kurikulum sekolah, padahal mereka juga ber-andil mencoretkan tinta sejarah Indonesia saat itu. Tulisan ini berguna bagi inspirasi pembaca wanita/pria.
Wanita itu perkasa. Selamat membaca tuan-tuan sekalian.
Klik TombolBuka...Bagaimana Menurut anda...?!Welcome To My Blog : "Ser Artan Empire". Find Anything Here
0 comments:
Post a Comment