Surat Pembaca yang menjadi hangat dalam pembicaraan...

Sebuah surat pembaca media cetak nasional ini menjadi hangat dibicarakan. Mengapa tidak, biasanya surat pembaca hanya pengaduan terhadap perusahaan, kondisi sosial atau kepala daerah. Surat pembaca kali ini seperti men-isyaratkan gugatan warga terhadap kepala negara atau presiden. Bagaimana tidak, sebagai masyarakat biasa diluar profesinya, terganggu dengan iringan konvoi pejabat negara.
Ditambah terdapat kejadian yang tidak semestinya dari pengawal presiden (pengakuan dari surat pembaca) yang merasa memiliki kewenangan penuh. Sebuah terobosan untuk pengingat sang presiden. Namun ada hal yang baik dari pengirim surat pembaca tersebut, yaitu gagasan yang semestinya. Seperti menyarankan presiden untuk tinggal di Istana negara sebagai kediaman resmi seorang kepala negara.

Baca surat Hendra yang dimuat di Harian Kompas dan mendapatkan tanggapan dari berbagai kalangan:
Klik TombolBuka...


Redaksi Yth
Trauma oleh Patwal Presiden
Sebagai tetangga dekat Pak SBY, hampir saban hari saya menyaksikan arogansi Patroli dan Pengawalan (Patwal) iring-iringan Presiden di jalur Cikeas-Cibubur sampai Tol Jagorawi. Karena itu, saya—juga mayoritas pengguna jalan itu—memilih menghindar dan menjauh bila terdengar sirene Patwal.
Namun, kejadian Jumat (9/7) sekitar pukul 13.00 di Pintu Tol Cililitan (antara Tol Jagorawi dan tol dalam kota) sungguh menyisakan pengalaman traumatik, khususnya bagi anak perempuan saya. Setelah membayar tarif tol dalam kota, terdengar sirene dan hardikan petugas lewat mikrofon untuk segera menyingkir. Saya pun sadar, Pak SBY atau keluarganya akan lewat. Saya dan pengguna jalan lain memperlambat kendaraan, mencari posisi berhenti paling aman.
Tiba-tiba muncul belasan mobil Patwal membuat barisan penutup semua jalur, kira-kira 100 meter setelah Pintu Tol Cililitan. Mobil kami paling depan. Mobil Patwal yang tepat di depan saya dengan isyarat tangan memerintahkan untuk bergerak ke kiri. Secara perlahan, saya membelokkan setir ke kiri. Namun, muncul perintah lain lewat pelantam suara untuk menepi ke kanan dengan menyebut merek dan tipe mobil saya secara jelas. Saat saya ke kanan, Patwal di depan murka bilang ke kiri. Saya ke kiri, suara dari pelantam membentak ke kanan.
Bingung dan panik, saya pun diam menunggu perintah mana yang saya laksanakan. Patwal di depan turun dan menghajar kap mesin mobil saya dan memukul spion kanan sampai terlipat. Dari mulutnya terdengar ancaman, "Apa mau Anda saya bedil?" Setelah menepi di sisi paling kiri, polisi itu menghampiri saya. Makian dan umpatan meluncur tanpa memberi saya kesempatan bicara.
Melihat putri saya ketakutan, saya akhirnya mendebatnya. Saya jelaskan situasi tadi. Amarahya tak mereda, malah terucap alasan konyol tak masuk akal seperti "Dari mana sumber suara speaker itu?", atau "Mestinya kamu ikuti saya saja", atau "Tangan saya sudah mau patah gara-gara memberi tanda ke kiri". Permintaan saya dipertemukan dengan oknum pemberi perintah dari pelantam tak digubris.
Intimidasi hampir 10 menit yang berlangsung tepat di depan Kantor Jasa Marga itu tak mengetuk hati satu pun dari anggota Patwal lain yang menyaksikan kejadian itu. Paling tidak, menunjukkan diri sebagai pelayan pelindung masyarakat. Karena dialog tak kondusif, saya buka identitas saya sebagai wartawan untuk mencegah oknum melakukan tindak kekerasan. Ia malah melecehkan profesi wartawan dan tak mengakui perbuatannya merusak mobil saya. Identitasnya tertutup rompi. Oknum ini malah mengeluarkan ocehan, "Kami ini tiap hari kepanasan dengan gaji kecil. Emangnya saya mau kerjaan ini?" Saat rombongan SBY lewat, ia segera berlari menuju mobil PJR-nya, mengikuti belasan temannya meninggalkan saya dan putri saya yang terbengong-bengong.
Pak SBY yang kami hormati, mohon pindah ke Istana Negara sebagai tempat kediaman resmi presiden. Betapa kami saban hari sengsara setiap Anda dan keluarga keluar dari rumah di Cikeas. Cibubur hanya lancar buat Presiden dan keluarga, tidak untuk kebanyakan warga.
HENDRA NS Cibubur ***
.

 Kebijaksanaan seorang presiden atas kejadian ini yang ditunggu... Menurut anda...?!
Salam...

0 comments:

Me...?!

"Black-Pearl From The East"
Seperti halnya "about me" di profil, maka blog ini sebuah ekspresi dalam mengumpulkan perjalanan dari lingkungan sosial saya. Bapak, Ibu, Wali, Kakak, Adik, Teman, Rekan dan Saudara semua- mencoba untuk berinteraksi ekspresi dalam berbagai hal, baik tulisan, foto maupun video yang ditampil-kan. Karna ketidakmampuan itu, sekitar adalah guru bagi diri ini... Sekalian numpang Ngeksis didunia-nya si maya... Love, Peace, Justice...
Ser-A
Add my Fb - Lets be a friend Follow me on Twitter - Lets be a friend
Better Future... - Ser Artan

Google Indexed

W3 Directory - the World Wide Web Directory