Menyelam sambil (...?! ) di Lau-ndry :)

Posisi nyaman, binatu semalam.
Binatu atau kita kenal dengan nama laundry kiloan sudah akrab ditelinga kita, khususnya kota Bandung. Usaha jasa ini berkembangbiak dengan pesat dilihat dari permintaannya semakin banyak. Namun ada keunikan tersendiri bagi diri menelisik kegiatan binatu tersebut. Bertandang dan menginap di binatu kawasan padat kost-kostan yang berada dijalan haur-pancuh itu pun bukan tidak beralasan, salah satu faktor ’pengungsian’ sementara itu karena pasokan air dikontrakan saya ludes kering, sedangkan disini pasokan air tidak bermasalah. Memang pengalaman berbagai perumahan-nasional bandung kurang memiliki manajemen air yang baik. Sebut saja seperti Tamansari, Sarijadi, Antapani, Cijerah atau mungkin tempat lainnya. Air didataran tinggi ini pun bak ditanah tandus yang dijadwal pembagiannya (mungkin perumahan swasta lebih baik manajemen pembagian airnya), belum lagi pengalaman yang mengharuskan membeli air.

Ruangan berukuran 4 x 4 itu dipenuhi sandang berbagai macam orang. Selain (Spray, selimut, pakaian, pakaian dalam, bedcover dll) itu, ruangan juga bermultifungsi untuk mesin pencuci, pengering, meja untuk menyetrika sampai tv diatas loudspeaker-nya memadatkan setiap sudut ruangan sebagai penghibur. Bagian kotor dan bersih terpisah oleh keranjang disisi ruangan.

Disana hanya ada seorang pekerja sebut saja Ali, dimana ia adalah pakar dalam dunia cuci kiloan. Mulai dari menerima orderan pelanggan, menyortir, me-labelkan sebagai penanda, sampai memisahkan sandang yang luntur. Hal-hal teknis yang dilakukan lain Ali juga membungkus dengan rapi dan wangi sebelum dikembalikan kepada pelanggan. Dari ia pula saya mendapat pelajaran bagaimana mengetahui sebagian sifat seseorang dari sebuah sandang. Ali yang memiliki sifat ceplas-ceplos dan suka bercanda menambah kehangatan malam dingin itu dengan candaan. Sambil menyetrika dan bergurau, Ali menunjukkan pakaian dalam seseorang (wanita) yang bentuknya menyerupai tali dibentuk segitiga (lingerie), dan berkata ”sifat yang punya ini, inginnya butuh perhatian lebih. Padahal, pakaian dalam-kan bukan sorotan mata lelaki, tapi isinya” tertawa besar kita berdua pun menyesakkan ruangan sempit itu. Tak sampai disana, candaan dilanjutkan Ali dengan menunjukkan ukuran bra yang paling besar (34B) sambil mengatakan ”pemiliknya ini mungkin penjual semangka dipasar induk” semakin mengocok perut kita berdua.

Tak terasa jam dinding pun mulai menunjuk angka sepuluh malam, setelah ba’da isya bertandang kesana. Mata pun masih melototi TV yang ada diruangan itu, mulai acara Opera Van Java (OVJ) berakhir sampai pemberitaan kunjungan presiden USA obama masih sering diputar oleh media nasional (so what?). Sambil menyelesaikan tugas menyetrika, ali mengomentari tayangan obama yang mengunjungi Mesjid Istiqlal Jakarta. Menurut Ali (dahulu mengenyam pendidikan pesantren dikota Medan), ”Pemberi izin di mesjid itu bertanggung jawab, dan haram hukumnya obama/non muslim menginjakkan kakinya dimesjid (tempat suci)”. Ali berdalil bahwa secara fiqih dan berusaha menunjukkan beberapa hadist shahih bukhori, bahwa umat non muslim tidak melakukan ajaran penyucian diri (seperti wudhu dan junub). Perdebatan itu saya hentikan dengan berpendapat, boleh saja karena obama/non muslim mengunjungi salah satu bangunan bersejarah, sembari melihat ke kitab hadist bukhori dan kitab kuning lainnya dibagian atas sisi ruangan. Tak lama setelah itu, kita pun berniat menghentikan kegiatan untuk beristirahat. Dengan berbagai persiapan seperti membersihkan tempat ’kavling’an untuk kita tiduri. Ali menggelar kasurnya dilantai yang sangat pas untuk satu orang, sedangkan saya mendapat bagian tidur diatas meja (tempat menyetrika pakaian).

Karena baru pertama, saya sulit untuk tertidur. Suara mesin pengering yang berisik ke telinga. Sirkulasi udara yang kurang dikarenakan sempit dan penuh sesak ruangan dengan berbagai barang. Bau menyengat pembuangan kotoran cucian yang keluar dari mesin mengalir kearah toilet, jaraknya sekitar 2 meteran dari tempat yang saya tiduri. Hadap kanan, kiri sampai posisi telentang mata sulit terpejam, ”mungkin karena tidak terbiasa” hiburku dalam hati. Sedangkan Ali sudah terlelap dalam waktu singkat, terdengar suara dengkuran yang berirama mesin pengering juga. Berbagai posisi nyaman sulit ditemukan seolah tersesat dalam hutan lebat yang tidak menemukan jalan keluar. Saya masih sadar disaat suara adzan subuh pertama berkumandang oleh pengeras di mesjid, dan belum menunjukkan kelelahan menuju istirahat malam. Mungkin sekitar jam empat-an saya dapat tertidur, karena jam setengah enam pagi sudah tersentak terbangun dan bersiap-siap mandi lalu pergi ketempat tujuan saya lainnya.

Bagi yang tidak terbiasa maka rasa nyenyak dan pulas pun takkan tiba. Hanya orang-orang kuat seperti Ali-lah yang dapat melakukannya. Kekuatan itu tidak datang karena keinginan, hanya sebuah ketidakmampuan keadaan untuk memilih yang lebih baik. Walau Ali sering mengeluh keadaan dirinya, saya punya pendapat bahwa ia adalah kelompok orang-orang yang berjihad. Jihad yang dilakukan Ali pun bukan dengan senjata M-16 atau AK47, bukan pula dengan sebilah bambu (runcing?). Ali berjihad dengan caranya, membersihkan sandang orang-orang yang kotor dan bernajis. Setelah bersih, orang-orang memakainya dengan berbagai fungsi seperti memakai pakaian bersih nan wangi untuk mencari nafkah, beribadah dan lainnya. Membalut tubuh dengan hangat selimut bersih dan wangi menemani tidur seseorang. Dan masih banyak lain manfaatnya. Sosok seperti Ali itu berjihad bak jembatan bagi orang lain untuk melakukan jihad-jihad lainnya. Nilai amal itu menjadi berlipat ganda, seperti kalimat yang terngiang dipikiran saya ”harta dapat habis digunakan, tetapi ilmu (amal perbuatan) terus berkembang manfaatnya”. Ali tetap memberi pengalaman dan berbagai pengetahuan walau hanya semalam. Tugas mulia Ali hanya dapat dihargai bila langsung melihat dan mendengar dengan cara mendekat kearahnya. Begitupun tugas mulia lainnya yang dianggap orang-orang pada umumnya remeh dan tidak berharga. Udara dingin, embun pagi dan diri setelah mandi melengkapi pengalaman dan ilmu dibinatu kawasan Monumen Nasional Dipatiukur Bandung.

Salam...

2 comments:

saudagar bugis said...

Pengalaman yang menarik

Goyang Karawang said...

sepertinya memang harus segera mencari pendamping hidup bro :D

Me...?!

"Black-Pearl From The East"
Seperti halnya "about me" di profil, maka blog ini sebuah ekspresi dalam mengumpulkan perjalanan dari lingkungan sosial saya. Bapak, Ibu, Wali, Kakak, Adik, Teman, Rekan dan Saudara semua- mencoba untuk berinteraksi ekspresi dalam berbagai hal, baik tulisan, foto maupun video yang ditampil-kan. Karna ketidakmampuan itu, sekitar adalah guru bagi diri ini... Sekalian numpang Ngeksis didunia-nya si maya... Love, Peace, Justice...
Ser-A
Add my Fb - Lets be a friend Follow me on Twitter - Lets be a friend
Better Future... - Ser Artan

Google Indexed

W3 Directory - the World Wide Web Directory